Sabtu, 02 Juni 2012

SEJARAH SYEH SUBAKIR


SEJARAH SYEH SUBAKIR
http://i853.photobucket.com/albums/ab94/sijarot/syekh_tambuh.jpg

Beliau adalah SYEKH TAMBUH ALY BEN SYEKHBAQIR (SYEKH SUBAKIR) bin Abdulloh bin Aly bin Ahmad bin Aly bin Ahmad bin Abdulloh bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Aly bin Abubakar bin Salman bin Hasyim bin Ahmad bin Badrudin bin Barkatulloh bin Syafiq bin Badrudin bin Omar bin Aly bin Salman Alfarisiy Asshohabi Rodliyallohu anhu waanhum ajmain.

Beliau dilahirkan tanggal 20 Romdlon 787 H. di Demak. Wafat 21 Syawal 1021 H. di Condro. Beliau pernah menuntut ilmu agama di Masjidil Haram Mekkah selama 10 tahun. Beliau siang puasa, baca Qur’an malam hari, dzikir malam LA ILAHA ILLALLOH dan membaca sholawat pada siang hari. Asal beliau dari Parsi atau sekarang dikenal dengan nama Iran. Thoriqot beliau thoriqoh MAGHROBIYAH.

Isteri-isteri beliau :
· Cut Nazilah dari Aceh
· Sheikhoh Aisyah Binti Muhammad Al Marbawi dari Aceh
· Signorita Miguela dari Portugis
· Roro Wulandari Bibi dari Minak Koncar Lumajang.

Keturunan-keturunan beliau tersebar di beberapa Bangsa.

Kekeramatan Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA adalah :
· Bisa berbicara semua Bahasa, termasuk bahasa Malaikat, jin dan Hewan.
· Segala Hajat yang dinginkan beliau pasti terkabul, karena keramat beliau KUN FAYAKUN.
· Dalam berdakwah tidak membutuhkan kendaraan, kemana-mana asal tujuan dakwah bisa
sampai tujuan dalam hitungan Detik.

Fatwa-fatwa Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA diantaranya :
· Allah itu Maha Segalanya.
· Taqwa itu Sholat, Tasbih dan Puasa
· Islam itu Damai seluruh Dunia
· Ilmu itu supaya bertambah, harus di Amalkan.
· Makan itu untuk Hidup, kalau tidak terpaksa Tidak Makan
· Hukum dan Pemeritah itu apa Kata Rakyat

Murid-murid Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA, diantaranya:
· Syekh Abdullah (dulu makamnya di SDN1 atau BRI Lumajang. Sekarang dipindah ke  makam umum Jogoyudan Lumajang)
· Syekh Muhammad Anas dari Demak. (Makamnya di belakang Masjid Jamik Anas Mahfud Lumajang)

Wilayah da’wah beliau Lumajang dan sekitarnya. Perjuangannya menyebarkan agama Islam memberi pencerahan mengatasi kegelapan dan kemusyrikan masyarakat. Dengan keramatnya semua manusia dan hewan tunduk menuruti ajakan beliau dengan senang hati.

”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali utusan dari Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya telah gagal secara makro. Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar P Jawa. Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Secara makro dapat dikatakan gagal. Maka diutuslah Syeh Subakir untuk menyebarkan agama Islam dengan membawa batu hitam yang dipasang di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, mengamuklah para mahluk : Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syeh Subakirlah yang mampu meredam amukan dari mereka. Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata: “ Walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami, kamu dapat mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku ingat itu wahai Syeh Subakir.” “Apa itu?” kata Syeh Subakir. Kata Jin, “Aku masih dibolehkan untuk menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah”.

yekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang  diutus oleh  Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey,  untuk berdakwah di  pulau Jawa pada tahun 1404,  mereka  diantaranya:
1.      Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2.       Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3.      Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4.      Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5.       Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6.      Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7.      Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8.      Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9.      Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.

Keberadaan daerah Magelang terbungkus oleh berbagai legenda. Salah satu dongeng yang hidup dikalangan rakyat mengisahkan --sebagaimana dikisahkan M. Bambang Pranowo (2002)-- bahwa pada zaman dahulu kala, ketika Pulau Jawa baru saja diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dalam bentuk tanah yang terapung-apung di lautan luas; tanah tersebut senantiasa bergerak kesana kemari. Seorang dewa kemudian diutus turun dari kahyangan untuk memaku tanah tersebut agar berhenti bergerak. Kepala dari paku yang digunakan untuk memaku Pulau Jawa tersebut akhirnya menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tidar. Gunung yang terletak di pinggir selatan kota Magelang yang kebetulan berada tepat dibagian tengah Pulau Jawa tersebut memang berbentuk kepala paku; karena itu gunung Tidar dikenal luas sebagai “pakuning tanah jawa”.

Dongeng lain yang tentunya diciptakan setelah masuknya Islam mengisahkan bahwa pada zaman dahulu daerah ini merupakan kerajaan jin yang diperintah oleh dua raksasa. Syekh Subakir, seorang penyebar agama Islam, datang ke daerah ini untuk berdakwah. Tidak rela atas kedatangan Syekh tersebut terjadilah perkelahian antara raja Jin melawan sang Syekh. Ternyata Raja Jin dapat dikalahkan oleh Syekh Subakir. Raja Jin dan istrinya kemudian melarikan diri ke Laut Selatan bergabung dengan Nyai Rara Kidul yang merajai laut Selatan. Sebelum lari Raja Jin bersumpah akan kembali ke Gunung Tidar kecuali rakyat didaerah ini rela menjadi pengikut Syekh Subakir.

Legenda ini sangat melekat bagi masyarakat tradisional Jawa, tidak sekedar di Magelang, tapi juga ke daerah-daerah lain di Jawa, bahkan sampai di Lampung dan mancanegara (Suriname). Hal ini karena telah disebutkan dalam jangka Joyoboyo dan mengalir secara tutur tinular menjadi kepercayaan masyarakat. Apalagi pemerintah kota Magelang menjadikan Tidar sebagai simbol atau maskot daerah dengan menempatkan gunung Tidar yang dilambangkan dengan gambar paku di dalam logo pemerintahan. Di samping itu nama-nama tempat begitu banyak menggunakan nama Tidar, seperti nama Rumah Sakit Umum Daerah, nama perguruan tinggi, nama terminal dll. Yang semuanya menguatkan gunung Tidar menjadi legenda abadi.